Jumat, 08 Agustus 2008

[cs] miminku sayang

Sebelum mulai, kubuka dulu seluruh baju, celana berikut cdku juga roknyidr dan celana dalamnya. Maka sekarang kami benar-benar tanpa sehelai benangpun. Bulet. Kuminta ia mulai mencumbuku dengan mencium dan menjilati seluruh tubuhku. Enak dan nikmat sekali jilatan dan hisapannya disekujur tubuhku dan mulai kupegang dan kuarahkan kepalanya ke bawah kearah dedeku yang sudah mengacung tegang. Tidak begitu panjang dan besar memang tapi sudah sangat keras. Sebelum memulai, diangkatnya mukanya menghadapku, dipegangnya dedeku, diremas-remasnya lembut dan senyum manis tersungging dibibirnya. Pelan dia mulai menjilati kepala dedeku, kebawah dan ke kedua bola yang menggelantung. Bukan hanya dijilati karena sekarang Mimin mulai memasukkan buah zakarku ke mulutnya dan menghisapnya pelan. Nikmat sekali.”Pintar juga anak ini”, pikirku. Naik keatas dan lengsung dimasukkannya dede-ku kedalam mulutnya. Kurasakan sensasi yang luar biasa saat lidah dan mulutnya yang penuh dengan dede-ku mulai menghisap dan menggelitik-gelitiknya.
“ssshhhh… Ahhh… Nikmat sekali… Min…”.
“terus Min…. Kamu…. Pintar sekali… Min…”, kalimat terputus-putus keluar dari muluntuku karena sensasi luar biasa ini. Dengan semangatnya terus dihisap dan dikulumnya dedeku hingga sesekali nampak kempot pipinya. Sungguh luar biasa.
Aku tidak mau tinggal diam. Kusuruh dia untuk mengangkang diatasku yang langsung dipatuhinya. Maka sekarang aku juga melakukan hal sama di memey-nya. Kucium aroma wangi menyegarkan yang keluar dari memey-nya yang sangat menggairahkan. Maka langsung kujilat-jilat clit-nya dan seluruh bagian bibirnya yang berwarna agak kemerahan, cenderung merah muda, hingga pelan-pelan mulai kusodok-sodokan bibirku kedalam liang yang basah hangat tersebut. Hmm, sungguh wangi nikmat memey ini. Agar lebih leluasa, kugunakan dua tanganku untuk sedikit membuka bibir tersebut dan makin ganas jilatan dan hisapanku disitu.
“Sssshhhh… Eerrgghhh… Nikmat sekali…”
“terus… Jangan brenti… Lebih dalem…”
Entah siapa yang mengerang tak jelas lagi, saling ganti-ganti antara aku dan Mimin.
“Pak… Sekarang Mimin…mau dede masukin memey ya. Udah ga tahan nih…”

Kudengar suaranya dari bagian bawah tubuhku. Langsung kubalikkan badannya dan kukangkangkan kedua pahanya. Memey-nya sungguh indah dengan bulu-bulu halus rapi diatasnya yang menandakan pemiliknya merawatnya dengan baik.
Pelan-pelan kuposisikan dirinya diatasnya. Kugosok-gosok dede ke clitorisnya hingga kutemukan ujung pintu masuk rumah memey. Mimin hanya bisa mendesis-desis menahan nikmat. Ketika mulai kumasukkan kedalam liangnya, seolah mentok kurasakan. Kutekan-tekan sedikit sambil tangan kiriku mencengkeram pinggangnya. Pelahan tapi pasti kepala dede mulai memasuki memey. Seret sekali. Terdengar erangan menahan sakit dari bibir Mimin. Kuhentikan sejenak tusukanku sambil mulai kugoyang-goyang kepala dede agar lebih mmengenal rumah barunya. Setelah agak lama maka mulai kutekan lagi dan berhasil masuk sepertiganya.
“Ssst. .. erghhh… Sakit Pak…”.
“Iya sayang… Pelan-pelan ya… Ntar jadi enak ko…”
“Tahan bentar ya sayang…”

Setelah agak terbiasa didalam rumah barunya yang nikmat, kutarik sedikit lalu kumasukkan lagi pelan-pelan. Hingga akhirnya dengan satu dorongan kedepan, maka disambutlah dede-ku oleh memey dengan hangat didalam.
“Aduh… Sakit Pak… Pelan-pelan Pak…”
Kurasakan liang memey yang masih sangat rapat tapi basah dan sangat hangat pula. Cengkeraman jari-jari Mimin di punggungku sangat sakit kurasakan karena terasa kukunya menancap disana tapi tak kuhiraukan. Kukecup lembut bibir manisnya dan kukulum untuk mengurangi rasa sakit dibibirnya yang lain.Kudiamkan dede sejenak didalam agar makin saling mengenal dengan baik dengan memey tercinta. Kurasakan basah hangat mengguyur dede, darah perawan Mimin!
Lalu mulai kutarik keluar dede dan kumasukan lagi, sedikit-sedikit. Cengkeraman dipunggungku berubah menjadi elusan dan usapan. Desis dan desah mulai terdengar keluar dari bibir manisnya. Setelah saling mengenal dengan baik, maka mulai kupercepat tusukan-tusukan dede ke memey. Kedua kakinya terasa memeluk pinggangku sementara kepalanya mendongak keatas hingga makin membuat dua gundukan besarnya makin mengacung sombong ke udara dengan indahnya. Kedua tangannya meremas-remas sprei. Sungguh pembaca, tidak ada pemandangan yang melebihi keindahan momen seperti ini.

“Ssssshhhh… Pak… Enak sekali Pak… Terus Pak”.
“Aaahhhh… Memey nikmat sekali Min…”
Agak lama kami masih dalam posisi yang sama hingga terdengar:
“Terus Pak… Lebih cepet Pak… sssshhhhh… Aaahhhh..”
“Mimin mau… pipis lagi…Pak”.
Nafasnya makin memburu dengan ditingkah erangan.
“Jangan ditahan… Min…. Keluarin aja”.
Tidak berapa lama kemudian kulihat tubuhnya melengkung keatas dengan cengkeraman tangan disprei yang makin kuat.
“Aaagghhh… Mimin… Pipis… Pak.”
“Nikmat… Sekali… Pak….. Aaahhhh”.
Pada saat yang bersamaan kurasakan cengkeraman memey yang sangat kuat pada Dede dengan disertai denyutan dan cairan basah hangat yang mengguyurnya. Saking banyaknya hingga kulihat menetes keluar dari bibir Memey.
Kubiarkan dia merasakan saat-saat orgasmenya hingga detik-detik terakhir yang ditandai dengan mulai teraturnya kembali nafasnya dan lemas tubuhnya. Keringat membasahi dadanya yang sangat indah. Dede dan Memey masih bersatu saat dia bangkit memelukku dengan sangat erat dan menciumi seluruh mukaku dengan rakusnya.
“Terima kasih Pak telah memberikan kenikmatan tak terkira seperti ini kepada Mimin. Mimin sayang banget sama Bapak”.
“Iya Min, Bapak juga sayang banget sama Mimin”.
“Dede pinter ya Pak. Memey jadi enak banget deh”.
Kukecup bibirnya dan kutarik dede keluar.
“Ko dikeluarin Pak?”, protes Mimin.
“Iya, sekarang balik badan Min. Kita ganti posisi”.

Kusuruh Mimin menungging, kurendahkan bahunya dan kukangkangkan kedua pahanya hingga memey terlihat menyembul dengan indahnya. Kutuntun dede dengan tangan kananku, kutempelkan ke memey dan pelan tapi pasti kumasukkan kedalamnya. Masih agak seret tapi bisa masuk seluruhnya kali ini dengan perlahan. Kubiarkan sejenak didalam agar terbiasa.
Lantas mulai kukeluarkan pelan dan kumasukan lagi. Makin lama makin cepat tusukan-tusukanku. Gila. Enak sekali si memey ini. Dinding-dindingnya menjepit keras, kuat. Ikut keluar ketika dede kutarik dan menyedotnya ketika kutusuk. Seolah tidak mau melepaskan pasangan barunya yang sangat dicintainya yang telah memberinya kenikmatan tiada tara.
“Oooohh… Memey enak sekali…Min.”.
“Dede… Juga enak… Pak”.
“Terus… Pak… Yang keras… Pak… Mimin nikmat sekali Pak”.

Makin lama makin cepat kukeluar masukkan dede di memey. Erangan-erangan dan desahan kami saling tindih, riuh hingga aku sudah tidak peduli lagi bila ada yang mendengar dan tahu apa yang sedang kami perbuat. Soalnya memey sungguh nikmat pembaca.
Perlahan tapi pasti mulai kurasakan denyut halus muncul dari peruntuku yang berarti aku akan mengalami ejakulasi. Erangan Mimin juga makin keras dengan nafas yang makin memburu. Pada saat itulah kucabut dari jepitan memey. Kulihat raut muka Mimin yang bertanya-tanya, heran dan tidak mengerti. Bahkan ada semburat kecewa dan marah. Tanpa bicara kubalikkan badanya hingga telentang dan langsung kutusukan dede ke memey. Ada suara seperti orang tercekik keluar dari tenggorokan Mimin begitu kumasukkan dede dengan sekali tusukan.
“Oooohhhhh…”, hanya itu yang keluar dari bibirnya.
Maka kembali kugoyang pantat dan pinggangku maju mundur, makin lama makin cepat. Erangan dan nafas kami saling memburu, sahut menyahut. Rasa berdenyut diperuntuku mulai kembali dan denyut di dinding-dinding memey juga mulai cepat kurasakan. Aku tahu bahwa sebentar lagi kami akan sampai. Maka makin kupercepat gerakanku. Tempat tidur dimana kami bergumul mengeluarkan suara deritnya seolah tidak mau ketinggalan partisipasinya dalam meramaikan pergumulan kami.

“Ahhh… Nikmat sekali Pak”.
“Iya Min… Nikmat sekali… eergghhhh.”
“Min… Mau…pipis lagi… Pak”.
“Iya…kita… Pipis… Bareng… Min”.
Maka letupan itupun terasa begitu nikmat dan indah.
“Aaaahhhh… Ssshhhhhh”. Hanya itu yang mampu kami keluarkan dari mulut. Sejenak kami melayang diawang-awang dengan taburan bunga dan harum wewangian. Sungguh indah momen ini. Dan aku tidak mau cepat-cepat kembali ke bumi. Kutubruk tubuhnya dan kupeluk dengan sangat erat. Miminpun memelukku tidak kalah eratnya saat kami berejakulasi bersama. Kukeluarkan semua yang kupunya tanpa sisa dengan disambut oleh semburan cairan Mimin hingga kurasakan liang senggamanya banjir oleh cairan kami berdua.
Lama kami berpelukan erat hingga nafas kami mulai teratur dan normal. Kucium bibirnya dan kukulum dengan sepenuh rasa sayang. Dede masih dijepit memey, Seolah tak ada yang mau berpisah.
“Nikmat sekali Min. Indah sekali. Sungguh Bapak baru pernah merasakan yang seindah dan senikmat ini”, kataku.
“Mimin juga merasakan hal yang sama Pak. Mimin jadi sayang banget sama Bapak. Mimin mau melakukan apa saja untuk membahagiakan Bapak”.
“Untuk kebahagiaan kita Min”.
“Mulai hari ini, dede hanya untuk memey ya Pak”, pintanya sambil dikeduntukannya hingga dede terasa diremas.
“Gimana dengan ibu dong Min?”, tanyaku.
“Ibu sih boleh. Tapi jangan yang senikmat seperti untuk memey”.
Kurang ajar juga nih anak sudah mau mengatur. Tapi benar juga sih. Karena aku merasakan sesuatu yang lain yang sangat indah ketika bersenggama dengannya.

Kenikmatan kami terputus oleh suara tangis anakku yang ternyata sudah bangun dari tidur siangnya. Demikianlah pembaca, sejak saat itu kami selalu mengulangi apa yang telah kami mulai setiap kali ada kesempatan. Bahkan seringkali kami lah yang menciptakan kesempatan tersebut. Dan Mimin tidak pernah hamil meskipun kami tidak pernah peduli dengan kalender. Entah kenapa. Padahal antara aku dan dia sama-sama berasal dari sebuah keluarga besar.

Kejadian itu berlangsung selama sekitar tiga setengah tahun hingga Mimin dipanggil pulang oleh orang tuanya karena ibunya sakit yang membutuhkan pengobatan intensif.
Dan setelah itu pamannya mengajaknya bekerja sebagai TKW di Malaysia dan diterimanya karena pertimbangan ekonomi harus membiayai sakit parah ibunya. Sebelum keberangkatannya ke Malaysia, aku sempatkan datang menjemput ke desanya dan kami habiskan tiga malam yang sangat seru dan indah di sebuah hotel di kota kabupatennya. Aku sungguh menyayangi dan merindukanmu Min. Kapan kita akan bertemu lagi, sayang?

Tidak ada komentar: